Diferensiasisosial berdasarkan gender pada masyarakat maju dikaitkan dengan; Diferensiasi sosial merupakan penggolongan masyarakat secara; Munculnya pembagian kerja karena orang mengerjakan pekerjaan berlainan, merupakan pengertian dari diferensiasi; Proses pembedaan hak dan kewajiban warga masyarakat berdasarkan perbedaan usia, jenis kelamin
Diferensiasi berdasarkan gender pada masyarakat maju dikaitkan dengan...?
Perempuan Akan tetapi peraturan ini menjadi perdebatan di masyarakat karena tidak sesuai dengan asas CEDAW dan UndangUndang Kesehatan, dimana ketentuan ini diasumsikan bias - gender dan diskriminatPengintegrasian perspektif gender ke dalam suatu peraturan if. perundang-undangan dan atau kebijakan teknis operasional sangat penting untuk
Mahasiswa/Alumni Universitas PGRI Yogyakarta20 Desember 2021 0232Hai! Terima kasih sudah bertanya di Roboguru. Kakak bantu jawab ya. Jawaban soal di atas adalah pilihan B. Yuk! Simak pembahasan berikut. Diferensiasi pekerjaan atau profesi/keahlian adalah keberagaman yang dilihat dari perbedaan profesi yang dimiliki oleh satu individu dengan individu lainnya, dimana pekerjaan atau profesi tersebut berkaitan dengan erat keahlian atau keterampilan khusus yang dimiliki seorang inidividu. Oleh karena itu, tidak ada profesi atau pekerjaan yang Iebih baik maupun lebih tinggi kedudukannya dibanding pekerjaan lainnya, sebab setiap orang yang menduduki posisi di dalam suatu pekerjaan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh individu tersebut. Contoh, perilaku seorang tentara akan berbeda dengan seorang guru ketika keduanya melaksanakan pekerjaaannya. Oleh sebab itu, maka jawabannya adalah B. Terima kasih sudah bertanya dan menggunakan Roboguru. Semoga membantu ya
CiriDiferensiasi Sosial April 12, 2021 April 10, 2021 oleh GuruKu Pengertian Diferensiasi Sosial Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai.
Pandemi COVID-19 membuat perayaan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret dan Hari Kesehatan Dunia pada 7 April, tertutup gaungnya. Padahal, kedua perayaan ini membawa tema yang sangat relevan dengan kondisi perempuan dalam sistem kesehatan. Tahun ini, hari perempuan internasional mengusung tema kesetaraan gender, sedangkan hari kesehatan dunia mengangkat tema dukungan pada perawat dan bidan. Pandemi justru menunjukkan potensi kepemimpinan perempuan yang efektif dalam situasi krisis. Angela Merkel di Jerman, Jacinda Ardern di Selandia Baru dan Tsai Ing-wen di Taiwan misalnya, dipuji sebagai pemimpin-pemimpin dengan kinerja baik mengatasi wabah. Di dunia dan di Indonesia, ketidaksetaraan gender masih terjadi di dalam dunia kesehatan. Di tengah pandemi, kepemimpinan perempuan di bidang kesehatan masih terpinggirkan. Read more Kesamaan Wali Kota Surabaya dan Chicago dalam memimpin di tengah pandemi Dinomorduakan Tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia WHO melaporkan bahwa walaupun sistem kesehatan didominasi oleh perempuan, tenaga kesehatan perempuan masih merupakan kelompok yang dinomorduakan. Di sektor kesehatan, perawat memiliki porsi terbesar dalam jumlah tenaga medis; dan 90% perawat adalah perempuan. Laporan itu menyebut bahwa tenaga kesehatan perempuan di seluruh dunia dibayar 28% lebih rendah dibanding laki-laki. Tenaga kesehatan perempuan juga lebih banyak menghadapi kesulitan untuk diangkat menjadi pegawai tetap pada sebuah organisasi. Dalam laporan WHO tahun ini, ketimpangan gender dalam sistem kesehatan kembali diungkapkan. Hanya sedikit perawat perempuan yang mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk menduduki posisi kepemimpinan dalam sistem kesehatan. Ini menunjukkan bahwa sistem kesehatan adalah sebuah sistem yang patriarkis. Perempuan dicap sebagai kelompok lemah yang tidak seharusnya menjadi pemimpin. Di Indonesia, perempuan juga belum banyak diakomodasi dalam pengambilan keputusan di sistem kesehatan. Sejak merdeka hingga saat ini, Indonesia setidaknya telah memiliki 20 orang menteri kesehatan; namun hanya empat diantara mereka yang perempuan. Di tingkat dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota yang lebih operasional, kesempatan wanita menjadi pengambil keputusan puncak juga masih terbatas. Pada akhir tahun 2019, saya melakukan studi pada 352 pejabat publik pada organisasi dinas kesehatan di dua provinsi. Hasil studi menunjukkan bahwa walaupun memiliki tingkat pendidikan dan juga pengalaman kerja yang sama, banyak pemimpin perempuan di bidang kesehatan terhenti pada tingkat kepemimpinan setingkat kepala seksi. Sementara pemimpin laki-laki memiliki kesempatan yang lebih besar untuk naik ke posisi jabatan lebih tinggi setingkat kepala bidang hingga kepala dinas. Penghalang utama bagi perempuan untuk mencapai posisi penting dalam pengambilan keputusan dalam organisasi disebabkan oleh adanya stereotip gender pada sistem kesehatan. Stereotip adalah keyakinan tentang karakteristik sekelompok orang berdasarkan asumsi-asumsi yang dibuat tanpa memperhatikan kondisi sebenarnya. Walau banyak perempuan berhasil memimpin rakyat mereka di tengah wabah, nampaknya fenomena serupa jauh untuk bisa terjadi di Indonesia. Dalam manajemen kebencanaan, perempuan di Indonesia lebih sering digambarkan sebagai korban, bukan sebagai pengambil kebijakan. Pandangan bahwa pekerjaan terkait kebencanaan adalah pekerjaan laki-laki [ membuat perempuan dianggap tidak memiliki respon kegawatdaruratan yang baik yang dikaitkan dengan peran domestik yang mereka miliki. Read more Kasus Aice dilema buruh perempuan di Indonesia dan pentingnya kesetaraan gender di lingkungan kerja Terpinggirkan dalam pandemi Stereotip gender tersebut berlanjut. Dalam penanggulangan pandemi, Presiden Joko “Jokowi” Widodo membentuk gugus tugas tingkat nasional. Komposisi gugus tugas ini dibuat berdasarkan kementerian dan lembaga terkait; tapi tidak ada penjelasan tentang bagaimana representasi gender yang ada dalam gugus tugas tersebut. Jika dilihat berdasarkan representasi perempuan 5 dari 38 dalam Kabinet Indonesia Maju 2019-2024, maka jelas hanya sedikit perempuan yang terlibat dalam gugus tugas ini. Isu tentang perempuan bahkan belum dianggap penting dengan penanganan wabah jika dilihat dari komposisi kementerian yang terlibat dalam gugus tugas. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tidak termasuk dalam gugus tugas tersebut. Padahal berbagai negara telah melaporkan bahwa perempuan merupakan kelompok masyarakat yang paling terdampak dalam pandemi . Dalam ranah opini masyarakat di media massa, ketimpangan gender juga masih terjadi. Saya melakukan identifikasi pada salah satu media massa nasional, Jawa Pos, yang menyediakan kesempatan bagi para praktisi menuliskan opininya. Jawa Pos merupakan salah satu media tertua di Jawa Timur, dan secara oplah juga pernah menjadi yang terbesar di Indonesia. Basis pembaca Jawa Pos terkonsentrasi di Surabaya. Gubernur Jawa Timur dan wali kota Surabaya adalah perempuan. Selama Maret hingga April 2020, media tersebut memuat 100 artikel opini dengan 81 artikel membahas tentang pandemi. Sebagian besar penulis opini tersebut praktisi laki-laki; hanya ada 11 11,8% penulis perempuan dari 93 orang penulis selama periode itu. Dalam periode yang sama, hanya ada tiga artikel yang membahas isu perempuan terkait pandemi dari total 81 artikel opini tersebut. Dalam momentum Hari Kartini pada 21 April, ada dua artikel yang ditulis penulis perempuan dan satu artikel oleh penulis laki-laki. Di luar masa pandemi pun, isu tentang perempuan memang masih terpinggirkan pada media massa. Kalaupun dibahas, seringnya menggunakan perspektif laki-laki. Alih-alih pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan, yang kita bisa lihat adalah lemahnya representasi perempuan dalam sistem kesehatan. Roh dari kesetaraan gender memang bukanlah pada representasi jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan, namun lebih pada pengakuan akan identitas dari masing-masing gender. Perempuan dalam sistem kesehatan bukanlah individu yang lemah. Saat garda terdepan pelayanan kesehatan didominasi oleh peran perempuan, maka tidak perlu diragukan lagi mereka pun bisa menjadi pengambil kebijakan yang hebat. Mengintegrasikan strategi pengarusutamaan gender dapat menjadi cara responsif untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam masa pandemi. Sayangnya, implementasi strategi pengarusutamaan gender dalam penanggulangan pandemi masih lemah. Ini terlihat dari sedikitnya jumlah perempuan yang terlibat dalam pengambilan kebijakan, ketidakjelasan posisi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan juga terbatasnya pemilahan data segregasi gender. Analisis gender dan ketersediaan data tersegregasi gender menjadi dasar bagi pengambil kebijakan untuk memahami bahwa pandemi membawa membawa dampak fisik maupun sosial yang berbeda-beda antara perempuan dan laki-laki sehingga dapat merumuskan langkah penanggulangan yang efektif. Di lain sisi, stereotip gender membunuh kepercayaan diri perempuan untuk menjadi pemimpin. Oleh karena itu, proses pendidikan calon tenaga kesehatan sudah saatnya dirancang ulang untuk dapat mengikis stereotip gender dalam sistem kesehatan. Pandemi ini dapat menjadi titik balik untuk mewujudkan sistem kesehatan yang lebih baik di semua lini termasuk dalam menjamin kesetaraan gender bagi tenaga kesehatan. Ikuti perkembangan terbaru seputar isu politik dan masyarakat selama sepekan terakhir. Daftarkan email Anda di sini.
benar salah; setengah benar; Semua jawaban benar; Semua jawaban benar; Jawaban: A. benar. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, diferensiasi adalah penggolongan masyarakat berdasarkan perbedaan sosial sedangkan stratifikasi sosial berdasarkan tingkatannya. keduanya merupakan gejala sosial di masyarakat benar.
Gambar ilustrasi picture-alliance/dpa/ZUMAPRESSUrusan identitas diri ternyata bukan hanya soal jenis kelamin saja, laki-laki atau perempuan. Identitas seseorang rupanya juga menyangkut pikiran dan perasaan orang tersebut. Anda bukan pria jika pikiran dan perasaan Anda lebih condong sebagai perempuan. Kesadaran bahwa jenis kelamin yang melekat pada tubuh seseorang tidak dapat menentukan identitas seksual orang itulah yang menjadi norma baru di dunia. Perbedaan perilaku jenis kelamin Seorang perempuan misalnya dianggap akan berpikir atau bertindak sebagaimana umumnya seorang perempuan, demikian pula dengan laki-laki. Studi awal perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin dilakukan oleh dua psikolog Eleanor E. Maccoby dan Carol N. Jacklin seperti yang ditulis dalam "Reader's Digest A-Z of the Human Body” terbitan tahun 1987. Kedua psikolog itu menganalisis lebih dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti berbeda dan sampai pada kesimpulan ada empat perilaku yang menonjol antara pria dan perempuan, yaitu laki-laki lebih agresif daripada perempuan, laki-laki lebih baik dalam matematika dan kemampuan spasial visual seperti membaca peta, radar. Sementara perempuan lebih mampu dalam hal verbal sehingga lebih mampu berbicara dengan lancar, perempuan mudah memahami materi yang sulit daripada laki-laki. Tentu saja kita perlu menyadari ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian yang bisa saja berubah. Proses pembelajaran menjadi perempuan dan laki-laki sejak dini dan faktor lingkungan dianggap memainkan peranan penting dalam membentuk perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin. Tetapi faktor gen turut membentuk perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki. "Reader's Digest A-Z of the Human Body” memberi contoh foto ketika bermain sepak bola bersama-sama, secara alamiah seorang anak perempuan akan menghindar ketika ada bola yang datang ke arah tubuhnya, sementara anak laki-laki akan menendang bola tersebut. Jenis kelamin alternatif dan gender ketiga Sejak dari janin, dokter kandungan dapat menentukan jenis kelamin berdasarkan kromosom seks yang diuji dari cairan ketuban amniotik. Namun bagi orang-orang tertentu, lahir dengan penis bisa jadi justru tidak membuatnya berperilaku sebagaimana pria. Memiliki payudara yang molek bisa jadi justru menjadi beban bagi perempuan yang tidak merasa dirinya adalah perempuan. Seseorang yang memiliki jenis organ kelamin yang jelas sejak lahir tetapi tidak merasa jati dirinya sesuai dengan jenis kelaminnya, kini bisa menentukan sebagai jenis kelamin Mx, yang dibaca mix atau campuran. Dalam konstruksi sosial, karekteristik pria dan perempuan, peran dan norma membentuk gender yang terdiri dari maskulin dan feminim. Bagi yang tidak merasa cocok dengan kedua gender tersebut, kini sudah bisa memilih gender yang baru yakni netral. Inilah yang terjadi di Nepal. Sebagai sebuah negara berkembang, Nepal justru lebih dulu melonggarkan aturan identitas gender. Pada tahun 2007, Mahkamah Agung Nepal memutuskan warga negara bisa memilih identitas gender menurut perasaan pribadi mereka sendiri. Dokumen resmi seperti paspor bisa mencantumkan jenis kelamin O atau other yang lain sebagai Monique RijkersFoto Monique Rijkers Amerika Serikat di bawah pemerintahan Joe Biden juga sudah mengizinkan mencantumkan Mx sebagai salah satu pilihan selain Mr, Mrs dan Ms. Bahkan di masa Presiden Barack Obama, militer Amerika Serikat meniadakan sekat biologis pria dan perempuan dengan menggunakan ideologi gender yang lebih cair. Berbeda dengan Amerika Serikat, sejak tahun 2019 di Jerman juga memberlakukan jenis kelamin ketiga yang disebut "beragam” bagi orang yang tidak merasa sebagai laki-laki atau perempuan. Tetapi untuk meresmikan status "beragam” tersebut, butuh surat keterangan medis. Dengan demikian alasan perubahan status tidak sekadar karena perasaan belaka. Amerika Serikat di masa Presiden Donald Trump juga mensyaratkan pengujian genetik bagi orang yang ingin mengubah jenis kelamin yang diterima saat atau membuat masalah? Orang dengan kasus seperti Aprilia Manganang yang mengalami kelainan bentuk kelamin saat dilahirkan hipospadia, tentu membutuhkan penanganan medis agar organ kelaminnya jelas. Perubahan jenis kelamin Aprilia Manganang dari perempuan menjadi pria tentu menyelesaikan masalah yang bersangkutan dan tidak membuat norma baru di masyarakat. Berbeda halnya dengan Mx, O atau X dan gender netral yang keberadaannya akan membentuk norma baru dalam masyarakat. Contoh paling sederhana norma baru yang berubah adalah sebutan untuk mereka yang memilih masuk dalam gender ketiga. Apakah akan disapa dengan Bapak untuk seorang yang merasa sebagai perempuan atau panggilan Ibu untuk seorang yang merasa pria? Bagaimana dengan Mx, O atau X apakah kelak akan ada kata baru untuk jenis kelamin ketiga itu? Seorang advokat Skotlandia memilih penyebutan "they/their” sebagai kata ganti pria he untuk dirinya yang berstatus Mx. Pada tahun 2019, Kamus Merriam-Webster mengubah definisi kata "they” mereka yang bermakna jamak sehingga "they” dapat digunakan untuk satu orang yang identitas gendernya bukan pria atau perempuan. Perubahan ini tentu sangat signifikan bagi mereka yang bingung dengan identitas diri mereka. Tetapi akan cukup membingungkan bagi masyarakat sebab butuh penyesuaian norma-norma baru dalam hubungan sosial yang lebih jauh mengubah konstruksi moral dalam masyarakat. Tahun 2019 perusahaan Mattel memproduksi boneka Barbie gender netral yang bisa berganti pakaian dan model rambut pria dan perempuan sesuka hati. Ekspresi gender bisa diwujudkan dengan gaya rambut dan gaya busana. Perempuan pun bisa berambut pendek dan bercelana panjang, namun pria belum tentu bisa memakai rok dan bergincu. Boneka gender netral ini tentu saja bukan mainan yang mendidik sebab gender adalah persoalan serius yang tidak bisa diganti dan diubah sesuka hati. Jika seorang anak sudah diajarkan tentang gender netral sejak dini, kita kelak akan memiliki generasi bingungan. Norma-norma baru inilah yang perlu diperhatikan dengan saksama agar tidak meniadakan norma umum yang sudah membentuk kesadaran moral masyarakat. Sebuah organisasi masyarakat pendukung hak-hak keberagaman gender dan orientasi seksual di Amerika Serikat, Trevor Project, mengklaim 28% dari LGBT berusia antara 13 hingga 24 tahun ingin bunuh diri karena tidak bisa menggunakan pilihan Mx atau gender netral. Mencantumkan Mx di depan nama seseorang atau bergender netral belum tentu meredakan keinginan bunuh diri. Karena itu, solusi terbaik untuk mengakomodasi kebutuhan mereka yang ingin bunuh diri adalah konseling psikologi dan psikiater sebagai langkah awal. Magnus Hirschfeld, seorang dokter Jerman berdarah Yahudi, pendiri Institut untuk Penelitian Seksual di Berlin tahun 1919, berpendapat memahami problem seksualitas dan gender secara ilmiah akan mendorong penerimaan terhadap minoritas seksual. Kata kuncinya adalah pemahaman secara ilmiah sehingga perubahan identitas jenis kelamin dan orientasi seksual bukan sekadar karena merasa atau berpikir, tetapi ada dasar rujukan ilmiah medis dan psikologi guna menentukan identitas jenis kelamin dan menyelesaikan kebingungan gender seseorang. Apakah Indonesia perlu menerapkan jenis kelamin Mx dan gender netral dalam norma masyarakat? Saat ini di Indonesia, peran perempuan sudah meluas namun masih ada ketidakadilan karena latar belakang masyarakat yang mengutamakan pria. Dalam masyarakat, perempuan dan anak sering sekali menjadi korban kekerasan seksual. Masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Alih-alih memperjuangkan penerimaan Mx atau gender netral, solusi yang lebih tepat dan berkontribusi positif bagi masyarakat dalam skala yang lebih luas adalah membuka pusat konseling, penyediaan layanan terapi bagi mereka yang merasa terjebak dalam tubuh yang salah, membangun pusat pendidikan seks dan gender sejak dini, melatih orang tua dan para guru serta pengajar sebagai panutan yang bisa membentuk jati diri sesuai jenis kelamin saat lahir. Para tokoh agama diberikan pemahaman seksualitas dan hak asasi manusia agar bisa merangkul Mx dan gender netral. Menerima seseorang apa adanya, termasuk dengan persoalan gender yang dihadapi, justru dapat membangun kesadaran akan identitasnya. monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator IAMBRAVEINDONESIA. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis *Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.
Diferensiasisosial berdasarkan gender pada masyarakat maju dikaitkan dengan .. a. Keahlian b. Tingkah laku c. Pola pendidikan d. Keturunan Jawaban : A 14. Timbulnya diferensiasi sosial disebabkan oleh . a. Perbedaan peranan-peranan sosial dalam setiap kelompok sosial yang mengarah pada suatu konflik b.
Perbedaan Berdasarkan Gender Pada Masyarakat Maju Dikaitkan Dengan – Perbedaan Berdasarkan Gender Pada Masyarakat Maju Dikaitkan Dengan Peluang Karier Ketika kita berbicara tentang perbedaan gender pada masyarakat maju, kita harus berfokus pada peluang karier yang tersedia. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kesetaraan gender, peluang karier yang tersedia di masyarakat maju semakin luas. Namun, masih ada beberapa perbedaan yang harus diperhatikan. Pertama, kesempatan untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi masih lebih tinggi bagi pria daripada wanita. Meskipun kesetaraan gender dan kesetaraan gender telah diterapkan di banyak masyarakat maju, masih ada perbedaan di antara keduanya. Contohnya, di banyak perusahaan, posisi manajemen puncak masih didominasi oleh pria. Ini berarti bahwa wanita masih memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. Kedua, wanita masih dihadapkan pada tantangan ekonomi yang lebih berat. Meskipun banyak perusahaan telah melakukan upaya untuk membuka kesempatan kerja yang lebih adil, wanita masih kurang mampu mengakses peluang karier yang sama dengan pria. Ini karena masih ada stigma yang melekat pada wanita yang diharapkan untuk mengurus keluarga dan rumah tangga sebelum mengejar karier. Ketiga, wanita masih kurang mampu mengakses peluang pendidikan yang lebih baik. Meskipun banyak masyarakat maju telah melakukan upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender, wanita masih kurang mampu mengakses peluang pendidikan yang lebih baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi ini termasuk kesenjangan gender di masyarakat dan keterbatasan dana. Keempat, wanita masih kurang mampu mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik. Meskipun banyak perusahaan telah melakukan upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender, wanita masih kurang mampu mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik. Pada banyak perusahaan, wanita masih menghadapi diskriminasi dan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Kelima, wanita masih kurang mampu mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. Meskipun banyak masyarakat maju telah melakukan upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender, wanita masih kurang mampu mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi ini termasuk kurangnya akses ke sumber daya, ketidaksetaraan pendidikan, dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat. Dari semua hal di atas dapat dilihat bahwa masih ada perbedaan gender pada masyarakat maju dalam hal peluang karier. Meskipun telah ada upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh wanita. Oleh karena itu, perlu adanya lebih banyak usaha untuk meningkatkan kesetaraan gender dan memberikan peluang yang lebih adil bagi wanita. Penjelasan Lengkap Perbedaan Berdasarkan Gender Pada Masyarakat Maju Dikaitkan Dengan1. Kesempatan mendapatkan jabatan yang lebih tinggi masih lebih tinggi bagi pria daripada wanita. 2. Wanita masih dihadapkan pada tantangan ekonomi yang lebih berat. 3. Wanita masih kurang mampu mengakses peluang pendidikan yang lebih baik. 4. Wanita masih kurang mampu mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik. 5. Wanita masih kurang mampu mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. 6. Kurangnya akses ke sumber daya, ketidaksetaraan pendidikan, dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat. 7. Stigma yang melekat pada wanita yang diharapkan untuk mengurus keluarga dan rumah tangga sebelum mengejar karier. 8. Diskriminasi dan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 9. Perlu adanya lebih banyak usaha untuk meningkatkan kesetaraan gender dan memberikan peluang yang lebih adil bagi wanita. 1. Kesempatan mendapatkan jabatan yang lebih tinggi masih lebih tinggi bagi pria daripada wanita. Perbedaan berdasarkan gender yang masih terjadi di masyarakat maju dikaitkan dengan kesempatan mendapatkan jabatan yang lebih tinggi masih lebih tinggi bagi pria daripada wanita. Walaupun masyarakat maju telah mengalami banyak perubahan dalam bidang gender equality, namun masih ada beberapa aspek di mana perbedaan gender masih terjadi. Kesempatan untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi masih lebih tinggi bagi pria daripada wanita di masyarakat maju. Perbedaan ini dapat dilihat dari banyak sektor, termasuk pekerjaan profesional maupun pekerjaan yang berkaitan dengan sektor publik. Meskipun banyak wanita yang memiliki kualifikasi yang sama dengan pria, namun masih ada banyak kesempatan yang diberikan kepada pria untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk stigma yang masih melekat pada wanita yang masih dianggap sebagai pasif’ dan lemah’. Stigma ini seringkali membuat orang yang berada di posisi pengambilan keputusan lebih cenderung untuk memilih pria daripada wanita untuk jabatan yang lebih tinggi. Selain itu, ada juga faktor seperti diskriminasi ras dan etnis. Masyarakat maju masih memiliki tingkat diskriminasi ras yang tinggi, terutama dalam hal kesempatan profesional. Hal ini berarti bahwa orang yang berasal dari latar belakang etnis tertentu seringkali memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi daripada orang lain. Kondisi ini menyebabkan wanita seringkali diabaikan dan dianggap sebagai orang kedua’ dalam hal kesempatan profesional. Mereka seringkali ditinggalkan dalam proses pengambilan keputusan, dan jarang diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya. Untuk meningkatkan kesempatan mendapatkan jabatan yang lebih tinggi bagi wanita, masyarakat maju harus membuat langkah-langkah konkret untuk mengakhiri stigma yang masih melekat pada wanita, mengurangi tingkat diskriminasi ras dan etnis, dan memberikan kesempatan yang sama untuk semua individu, tanpa membedakan jenis kelamin. Hal ini akan membantu masyarakat maju mencapai tingkat gender equality yang diinginkan. 2. Wanita masih dihadapkan pada tantangan ekonomi yang lebih berat. Perbedaan berdasarkan gender telah menjadi suatu masalah yang sudah lama ada di masyarakat maju. Diperkirakan bahwa di masyarakat maju, wanita masih dihadapkan pada tantangan ekonomi yang lebih berat daripada laki-laki. Meskipun wanita telah mencapai banyak kemajuan dalam memperjuangkan hak-hak dan peningkatan kesejahteraan mereka, mereka masih dihadapkan pada kesenjangan ekonomi. Mereka cenderung memiliki jumlah jam kerja lebih sedikit, pendapatan yang lebih rendah dan posisi pekerjaan yang lebih rendah. Ini disebabkan oleh kurangnya akses ke pendidikan yang menyebabkan wanita menghadapi kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang baik atau meningkatkan keterampilan mereka. Selain itu, wanita juga seringkali menghadapi masalah seperti sexual harassment, diskriminasi, dan pay gap. Kesenjangan ekonomi juga dapat dilihat dalam pengeluaran kesehatan. Wanita cenderung membayar lebih banyak biaya untuk pengobatan dan perawatan kesehatan dibandingkan laki-laki. Ini disebabkan oleh biaya yang lebih tinggi untuk produk dan layanan kesehatan yang ditawarkan untuk wanita. Selain itu, wanita juga dapat menghadapi masalah kesehatan reproduksi yang lebih serius dibandingkan laki-laki. Kesenjangan ekonomi ini telah menyebabkan wanita di masyarakat maju menghadapi kesulitan dalam mengakses peluang yang sama dengan laki-laki. Hal ini dapat mengganggu kemampuan wanita untuk mencapai kesejahteraan ekonomi yang lebih baik. Selain itu, kesenjangan ekonomi juga dapat menghambat perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, pemerintah harus mengupayakan akses yang lebih luas ke pendidikan yang berkualitas agar wanita dapat meningkatkan keterampilan mereka dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Kedua, pemerintah harus mengambil tindakan untuk memerangi diskriminasi, sexual harassment, dan pay gap agar wanita dapat menikmati hak-hak yang sama dengan laki-laki. Ketiga, pemerintah harus memastikan bahwa biaya untuk produk dan layanan kesehatan tidak lebih tinggi untuk wanita dibandingkan laki-laki. Dengan melakukan langkah-langkah ini, masyarakat maju dapat melangkah lebih maju dalam menghapus kesenjangan ekonomi yang dialami oleh wanita. Dengan demikian, wanita dapat menikmati hak-hak yang sama dengan laki-laki dan mencapai kesejahteraan ekonomi yang lebih tinggi. 3. Wanita masih kurang mampu mengakses peluang pendidikan yang lebih baik. Kesetaraan gender adalah kondisi di mana laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk memenuhi potensi mereka, berpartisipasi dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik, dan menikmati hak asasi manusia yang sama. Walaupun masyarakat maju telah melakukan banyak upaya untuk mencapai kesetaraan gender, masih banyak hambatan yang harus dilewati untuk mencapai tujuan ini. Salah satu aspek dari kesetaraan gender adalah akses yang setara untuk pendidikan yang lebih baik. Namun, di banyak masyarakat maju, wanita masih kurang mampu mengakses peluang pendidikan yang lebih baik. Pendidikan adalah hal yang penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Dengan meningkatkan akses wanita terhadap peluang pendidikan yang lebih baik, kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, hak-hak sosial dan ekonomi yang lebih baik, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik juga akan meningkat. Pada masyarakat maju, wanita masih cenderung lebih miskin daripada laki-laki, memiliki pendidikan yang lebih rendah, dan memiliki kesempatan yang lebih rendah untuk mendapatkan pekerjaan yang berkualitas. Salah satu alasan utama mengapa wanita masih kurang mampu mengakses peluang pendidikan yang lebih baik adalah bahwa mereka masih diberi perlakuan berbeda daripada laki-laki. Meskipun di banyak negara masyarakat maju telah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender, masih ada banyak budaya patriarkal yang menempatkan wanita sebagai posisi yang lebih rendah daripada laki-laki. Karena budaya patriarkal ini, wanita sering dibatasi dalam akses mereka terhadap pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak lainnya. Selain itu, di banyak masyarakat maju, wanita masih dibatasi oleh stereotip gender. Stereotip ini berfokus pada peran yang biasanya dimainkan oleh wanita dalam masyarakat, yaitu sebagai ibu rumah tangga, yang berarti bahwa wanita tidak memiliki waktu untuk mengikuti pendidikan yang lebih baik. Selain itu, di banyak negara masyarakat maju, biaya pendidikan yang tinggi juga menjadi hambatan bagi wanita untuk mengakses pendidikan yang lebih baik. Kesimpulannya, walaupun masyarakat maju telah melakukan banyak upaya untuk mencapai kesetaraan gender, wanita masih kurang mampu mengakses peluang pendidikan yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh budaya patriarkal, stereotip gender, dan biaya pendidikan yang tinggi. Untuk meningkatkan kesetaraan gender dan akses wanita terhadap peluang pendidikan yang lebih baik, masyarakat maju perlu melakukan lebih banyak upaya untuk menghilangkan hambatan yang dihadapi wanita. 4. Wanita masih kurang mampu mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik. Kesetaraan gender menjadi isu penting dalam pembangunan sosial di masyarakat maju. Pada umumnya, kesetaraan gender dianggap sebagai hak asasi manusia yang harus dijamin oleh pemerintah. Di banyak negara maju, program pemerintah telah dikembangkan untuk membantu perempuan mengakses peluang-peluang pekerjaan yang lebih baik. Walaupun telah terjadi perkembangan dalam hal kesetaraan gender, fakta bahwa wanita masih kurang mampu mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik, masih menjadi isu utama. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, adanya stigma masyarakat terhadap perempuan, yang dapat mengurangi kesempatan bagi perempuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Kedua, masih adanya struktur patriarki di banyak negara maju. Ini berarti bahwa perempuan masih dianggap kurang berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Ketiga, kurangnya akses perempuan terhadap pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik. Meskipun banyak negara maju telah membuat program pendidikan dan pelatihan yang terjangkau untuk perempuan, masih banyak perempuan yang tidak memiliki akses yang cukup untuk mengikuti program ini. Akhirnya, ada masalah ekonomi di banyak negara maju. Banyak orang yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, khususnya perempuan. Hal ini dapat menghalangi perempuan untuk mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah harus terus memperkuat program-program yang ditujukan untuk meningkatkan kesetaraan gender. Program ini harus mencakup pendidikan dan pelatihan untuk perempuan, serta program-program yang ditujukan untuk menghilangkan stigma terhadap perempuan di masyarakat. Pemerintah juga harus memastikan bahwa peluang pekerjaan yang lebih baik tersedia untuk perempuan. Ini harus dilakukan melalui upaya-upaya untuk meningkatkan akses perempuan terhadap peluang pekerjaan yang lebih baik, serta mengurangi hambatan ekonomi yang dihadapi oleh perempuan. Kesimpulannya, untuk memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik di masyarakat maju, pemerintah harus terus memperkuat program-program yang ditujukan untuk meningkatkan kesetaraan gender. Ini harus dilakukan dengan cara memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang sama terhadap pendidikan dan pelatihan, serta mengurangi hambatan ekonomi yang dihadapi oleh perempuan. 5. Wanita masih kurang mampu mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. Ketimpangan gender dapat dilihat di seluruh dunia, dengan wanita di banyak negara tetap mengalami diskriminasi dan kurangnya peluang untuk mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. Di masyarakat maju, seperti di Amerika Serikat, masalah ini masih hadir meskipun kondisi sudah jauh lebih baik dibandingkan masyarakat berkembang. Wanita masih terus menghadapi diskriminasi dan kurangnya peluang untuk mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. Meskipun ada perbedaan gender yang signifikan dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan, wanita masih menghadapi kendala yang signifikan dalam usaha untuk meningkatkan posisi mereka di masyarakat. Meskipun wanita telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam beberapa bidang, mereka masih menghadapi kendala yang signifikan dalam upaya mereka untuk mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. Beberapa kendala yang dihadapi wanita masih mencakup diskriminasi di tempat kerja, kesulitan untuk mencapai karier yang tinggi, kurangnya kesempatan untuk mengakses pelatihan kerja, dan kurangnya dukungan pemerintah untuk usaha mereka. Ketimpangan gender juga tercermin dalam jumlah wanita yang berada di tingkat tertinggi di sektor swasta dan publik. Meskipun jumlah wanita di posisi yang lebih tinggi telah meningkat, masih ada banyak wanita yang kurang mampu mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. Kesenjangan gender juga tercermin dalam kemampuan wanita untuk meningkatkan pendapatan mereka. Meskipun ada kemajuan yang telah dicapai, wanita masih menghadapi kendala untuk mencapai tingkat pendapatan yang setara dengan laki-laki. Ini karena wanita masih kurang mampu mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik, karena masih ada kendala seperti diskriminasi di tempat kerja dan kesulitan untuk mencapai karier yang tinggi. Ketimpangan gender dapat dilihat juga dalam kemampuan wanita untuk mengakses fasilitas publik. Meskipun banyak wanita telah berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, mereka masih menghadapi kendala untuk mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik. Beberapa kendala yang dihadapi wanita masih mencakup diskriminasi di tempat kerja, kesulitan untuk mencapai karier yang tinggi, kurangnya kesempatan untuk mengakses pelatihan kerja, dan kurangnya dukungan pemerintah untuk usaha mereka. Ketimpangan gender dalam masyarakat maju masih hadir, meskipun jumlah wanita yang mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik telah meningkat. Namun, masih ada banyak wanita yang menghadapi kendala untuk mengakses fasilitas publik, meningkatkan pendapatan mereka, dan mencapai karier yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa wanita masih kurang mampu mengakses peluang kemasyarakatan yang lebih baik dan masih terus menghadapi berbagai kendala. 6. Kurangnya akses ke sumber daya, ketidaksetaraan pendidikan, dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat. Gender merupakan isu penting yang mempengaruhi bagaimana masyarakat maju berkembang. Dalam masyarakat maju, terdapat ketidaksetaraan gender yang menghalangi akses yang adil ke sumber daya, pendidikan, dan hak-hak lainnya. Ketidaksetaraan ini menghalangi kesempatan bagi wanita dan anak perempuan untuk mencapai potensi mereka secara penuh. Pertama, dalam masyarakat maju, wanita dan anak perempuan memiliki akses yang lebih sedikit ke sumber daya daripada laki-laki. Ini dapat dilihat dalam kurangnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan, kurangnya wanita yang terlibat dalam bisnis dan pekerjaan profesional, dan kurangnya wanita di bidang teknologi. Hal ini menyebabkan wanita tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan keahlian mereka dan karier mereka. Dengan demikian, perempuan dan anak perempuan tidak memiliki akses yang setara ke sumber daya dan pendapatan yang tersedia. Kedua, ketidaksetaraan gender dalam masyarakat maju juga mempengaruhi akses yang adil ke pendidikan. Meskipun pemerintah mungkin memiliki program yang dirancang untuk membuat pendidikan lebih mudah diakses oleh wanita dan anak perempuan, masih ada banyak anak perempuan yang tinggal di daerah pedesaan yang tidak memiliki akses ke pendidikan yang baik. Selain itu, banyak orang tua masih beranggapan bahwa pendidikan adalah hak laki-laki dan tidak memberikan pendidikan yang sama kepada anak perempuan dan laki-laki. Hal ini menghalangi kesempatan bagi wanita dan anak perempuan untuk mencapai potensi pendidikan mereka. Ketiga, ketidaksetaraan gender dalam masyarakat maju juga menyebabkan ketidaksetaraan gender dalam hak-hak yang diperoleh oleh wanita dan anak perempuan. Meskipun mungkin ada beberapa hak-hak yang diperoleh oleh wanita dan anak perempuan, masih ada banyak hak-hak yang dikendalikan oleh laki-laki. Ini termasuk hak untuk terlibat dalam politik, hak untuk menikah dan bercerai, hak untuk memiliki properti, dan hak untuk mengatur kehidupan mereka sendiri. Hal ini menghalangi wanita dan anak perempuan untuk mencapai kesetaraan hak-hak dengan laki-laki. Secara keseluruhan, ketidaksetaraan gender dalam masyarakat maju menghalangi akses yang adil ke sumber daya, pendidikan, dan hak-hak lainnya. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan akses yang adil ke sumber daya, pendidikan, dan hak-hak. Ini termasuk memastikan bahwa wanita dan anak perempuan memiliki akses yang setara ke sumber daya yang tersedia dan membuat pendidikan lebih mudah diakses. Ini juga akan memastikan bahwa wanita dan anak perempuan memiliki hak yang sama untuk terlibat dalam pengambilan keputusan, memiliki properti, dan menikah dan bercerai. Dengan demikian, ketidaksetaraan gender dapat diatasi dan wanita dan anak perempuan dapat mencapai potensi mereka secara penuh. 7. Stigma yang melekat pada wanita yang diharapkan untuk mengurus keluarga dan rumah tangga sebelum mengejar karier. Stigma yang melekat pada wanita yang diharapkan untuk mengurus keluarga dan rumah tangga sebelum mengejar karier merupakan salah satu perbedaan gender yang paling konsisten dalam masyarakat maju. Stigma ini merupakan hasil dari perbedaan gender yang berkembang dalam budaya, ekonomi, politik, dan sosial. Dalam masyarakat maju, wanita seringkali diharapkan untuk mengurus keluarga dan rumah tangga sebelum mengejar karier. Hal ini dikarenakan wanita dianggap sebagai “kurator†yang harus mengurus dan menjaga anggota keluarga yang lain. Secara kultural, wanita dianggap sebagai lebih bertanggung jawab dalam mengurus keluarga dan rumah tangga. Wanita diharapkan untuk memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Pada saat yang sama, wanita dianggap tidak layak untuk mengejar karier sebelum memenuhi tanggung jawab domestik. Wanita yang mengejar karier dalam masyarakat maju seringkali mendapat stigma negatif. Mereka dianggap sebagai wanita yang tidak menghargai tradisi dan nilai-nilai lokal. Secara politik, wanita dianggap tidak memiliki kontrol atas pengambilan keputusan yang mempengaruhi keluarga. Mereka dianggap tidak memiliki kekuatan untuk menentukan arah kehidupan keluarga, dan diharapkan untuk tunduk pada keputusan dari laki-laki. Hal ini dapat menghalangi wanita untuk mengejar karier mereka karena mereka dianggap tidak memiliki otoritas untuk menentukan keputusan yang mempengaruhi keluarga. Masyarakat maju juga mengkondisikan wanita untuk melek akan nilai-nilai ekonomi. Wanita dianggap tidak mampu menghasilkan uang sebanyak laki-laki. Selain itu, wanita yang mengejar karier juga dianggap sebagai pengeluar tambahan yang tidak perlu. Hal ini dikarenakan wanita dianggap bertanggung jawab untuk mengurus keluarga dan rumah tangga. Dengan demikian, wanita yang mengejar karier tidak dianggap layak untuk mendapatkan manfaat dari gaji yang diterimanya. Stigma yang melekat pada wanita yang diharapkan untuk mengurus keluarga dan rumah tangga sebelum mengejar karier adalah salah satu perbedaan gender yang paling konsisten dalam masyarakat maju. Stigma ini berasal dari kultur, politik, dan ekonomi yang terkait dengan perbedaan gender. Hal ini menghalangi wanita untuk mengejar karier mereka dan membuat mereka berjuang untuk membuktikan bahwa mereka layak untuk mendapatkan gaji yang setara dengan laki-laki. 8. Diskriminasi dan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Diskriminasi dan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik merupakan masalah yang masih saat ini dihadapi oleh masyarakat maju. Meskipun pemerintah telah menetapkan aturan untuk menghapus diskriminasi berdasarkan gender, nyatanya masih ada perbedaan besar dalam bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam hal kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Perbedaan laki-laki dan perempuan dalam hal kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik berasal dari berbagai faktor. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, diskriminasi berdasarkan gender masih banyak terjadi di masyarakat maju. Perempuan masih kurang mampu untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stereotip tentang gender yang masih melekat di masyarakat, kurangnya akses ke pendidikan yang baik bagi perempuan dan bahkan penolakan untuk membiarkan perempuan mengambil posisi tertentu di dalam organisasi. Selain diskriminasi berdasarkan gender, ada juga perbedaan dalam kesempatan yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Meskipun perempuan dan laki-laki memiliki keterampilan dan kemampuan yang sama, perempuan masih kurang mampu untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh faktor seperti kurangnya kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, kurangnya akses ke dukungan sosial, dan kurangnya akses ke sumber daya yang diperlukan untuk melamar pekerjaan yang lebih baik. Kesimpulannya, perbedaan berdasarkan gender dalam hal kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik masih banyak terjadi di masyarakat maju. Diskriminasi berdasarkan gender, kurangnya akses ke pendidikan, kurangnya kesempatan untuk berkembang, kurangnya dukungan sosial, dan kurangnya sumber daya semuanya berkontribusi dalam menciptakan perbedaan yang besar antara laki-laki dan perempuan dalam hal kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Diperlukan upaya yang lebih besar untuk menghilangkan diskriminasi ini dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 9. Perlu adanya lebih banyak usaha untuk meningkatkan kesetaraan gender dan memberikan peluang yang lebih adil bagi wanita. Masyarakat maju di seluruh dunia telah menghadapi isu kesetaraan gender selama bertahun-tahun. Sekarang, meskipun banyak perubahan yang telah terjadi, masih ada banyak ruang untuk meningkatkan kesetaraan gender. Kesetaraan gender mencakup meningkatkan kesempatan dan hak-hak yang sama bagi semua jenis kelamin. Kesetaraan gender merupakan bagian penting dari setiap masyarakat maju. Kesetaraan gender berperan dalam meningkatkan kualitas hidup bagi semua orang dan mendorong pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan mengurangi kesenjangan gender, kesetaraan gender akan membantu mengurangi ketimpangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Masyarakat maju menghadapi berbagai kesenjangan gender yang berbeda. Beberapa dari kesenjangan ini termasuk akses terhadap pendidikan, pekerjaan, pengaruh politik, hak asasi dan kesempatan untuk mencapai tujuan hidup. Dengan meningkatkan kesetaraan gender, masyarakat maju dapat mengurangi ketimpangan gender dan memberikan kesempatan yang lebih adil bagi wanita. Untuk meningkatkan kesetaraan gender, perlu adanya usaha yang lebih banyak dari pemerintah, badan-badan internasional, organisasi non-pemerintah, dan komunitas. Usaha ini harus memastikan bahwa wanita memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan, pekerjaan, dan hak asasi. Pemerintah dan organisasi harus mengambil tindakan yang tepat untuk menghilangkan diskriminasi gender dan melindungi hak-hak wanita. Usaha ini juga harus memastikan bahwa wanita memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan hidup. Ini bisa berupa pelatihan dan pendidikan, yang akan membantu wanita meningkatkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang lebih tinggi. Ini juga dapat berupa perubahan hukum untuk memastikan bahwa semua jenis kelamin memiliki hak yang sama di depan hukum. Selain itu, usaha-usaha untuk meningkatkan kesetaraan gender juga harus memastikan bahwa wanita memiliki kesempatan yang sama untuk mengekspresikan pandangan dan mengambil pengaruh politik dan ekonomi. Ini termasuk memperluas hak suara, akses ke kekuasaan politik, dan mempromosikan keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi, seperti usaha kecil dan menengah. Kesimpulannya, untuk mencapai kesetaraan gender yang lebih adil di masyarakat maju, perlu adanya lebih banyak usaha untuk meningkatkan kesetaraan gender dan memberikan peluang yang lebih adil bagi wanita. Usaha-usaha ini harus mencakup akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan hak asasi, serta peluang untuk mencapai tujuan hidup, memiliki akses ke kekuasaan politik, dan mempromosikan keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi. Dengan demikian, hal ini akan membantu meningkatkan kualitas hidup bagi semua orang dan mendorong pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya.
. 156 257 34 104 101 179 69 91
diferensiasi berdasarkan gender pada masyarakat maju dikaitkan dengan